Sabtu, 16 Juni 2012


STRES PADA IKAN

4.1  Definisi Stres
Stres yaitu suatu keadaan saat suatu hewan tidak mampu mengatur kondisi fisiologis yang normal karena berbagai fktor merugikan yang mempengaruhi kondisi kesehatannya. Sehingga stres didefinisikan sebagai pengaruh segala bentuk perubahan atau tantangan lingkungan yang mendorong homeostatik atau proses-proses penyeimbang lainnya melebihi batas kemampuan normal segaal tingkatan organisasi biologis: spesies, populasi atau ekosistem (Esch dan Hazen, 1978). Suatu stimulus yang menyebabkan timbulnya keadaan stress disebut sebagai stressor atau fktor stres. Sejumlah contoh keadaan yang dapat berperan sebagai stressor ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 3. Klasifikasi Stressor
Macam Stressor
Masalah
Stressor kimiawi
1.      Kualitas air buruk: oksigen terlarut rendah, pH tidak sesuai
2.      Polusi: akibat penggunaan bahan kimiawi pada kegiatan akuakultur, polutan dari luar
3.      Komposisi pakan
4.      Senyawa nitrogen dan sisa metabolisme (akumulasi ammonia dan nitrit) 
Stressor fisik
1.      Suhu lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
2.      Cahaya berlebih atau kurang
3.      Suara
4.      Gas-gas terlarut 
Stressor biologis
1.      Densitas populasi telalu tinggi
2.      Multikultur: ada spesies-spesies yang agresif, persaingan tempat
3.      Mikroba: kehadiran mikroba patogenik dan non ptogenik.
4.      Parasit: internal dan eksternal 
Stressor procedural
1.      Penanganan
2.      Pengiriman / transportasi
3.      Penanganan / penyakit 

Sebagai tanggapan terhadap stress, maka terjadi suatu rangkaian perubahan biokimiawi, fisiologis dan morfologis pada ikan sebagai “alarm reaction” yang selanjutnya memicu suatu rangkaian perubahan hormonal yang dikenal dengan sindrom adaptif umum (GAS, General Adptive Syndrom). Penelitian tentang GAS umumnya terpusat pada aktivitas sistem Hipotalamik-Pituitari-Interrenal (HPI) serta pengaruhnya terhadap ikan, baik pada stre akut maupun kronis.
Sebagai bentuk usaha ikan dalam menyesuaikan diri terhadap gangguan yang ada, maka ikan akan menggunakan seluruh energi cadangan, pada saat tersebut ikan akan mampu bertahan terhadap gangguan yang ada. Jika gangguan tersebut terus berlangsung atau terlalu berat, energi cadangan menjadi habis dan ikan menjadi lemah untuk menghadapi agensia patogenik yang secara berkelanjutan kontak dengan ikan (pada dasarnya hampir keseluruhan agensia patogenik ikan merupakan flora normal perairan), sehingga berakibat ikan menjadi sakit atau mati.
4.2   Pengaruh Stres Pada Ikan
Respon ikan terhadap stress mirip dengan respon pada vertebrata tingkat tinggi, secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahapan (Selye, 1973), yaitu:
1.      Respon primer berupa nervous (gelisah) dan perubahan hormonal, antara lain berupa peningkatan kortikosteroid dan katekholamin serta perubahan aktivitas neurotransmitter.
2.      Respon sekunder, antara lain berupa perubahan metabolic, seluler gangguan osmoregulasi, perubahan gambaran darah dan fungsi imum.
3.      respon tersier berlangsung pada individu dan populasi, dikatakan pula sebagai tahap parah. Pada tahap ini individu ikan meningkat metabolismenya, menurun resitensinya terhadap penyakit, tingkat kesuburan rendah, daya tetas telur rendah dan perubahan tingkah laku. Adapun pada tingkat populasi terjadi penurunan diversitas spesies.    
Akibat stress, maka terjadi sekresi hormon-hormon dari glandula adrenlin yang menyebabkan meningkatnya gula darah. Cadangan atau timbunan gula berupa glikogen dalam hati akan mengalami metabolisasi menjadi cadangan energi bagi hewan untuk aktivitas darurat. Akibat sekresi hormon-hormon yang berlebihan tersebut, respon inflamasi (inflammatory reponse) akan tertekan.
Osmoregulasi juga mengalami ganggun kibat perubahan fisiologis dalam, metabolisme mineral. Terjadi perubahan keseimbangan mineral Cl, Na, dan air. Pada kondisi ini ikan air tawar cenderung mengabsorbsi air dari lingkungannya secara berlebihan, dan ikan air laut atau air payau cenderung kehilangan massa air (dehidrasi), gangguan osmosis ini menyebabkan kebutuhan energi meningkat karena diperlukan untuk menjaga osmoregulasi agar berjalan normal.
Stres juga berakibat pada peningkatan respirasi dan tekanan darah. Adapun cadangan sel-sel darah merah akan dibebaskan ke sirkulasi. Pada kondisi ini maka sel-sel darah cenderung belum sempurna sebagai akibatnya maka kemampuan hemoglobin dalam mengikat oksigen belum optimal, ikan akan cenderung kekurangan oksigen.
Secara umum, keseluruhan respon terhadap stress tersebut di atas merupakan GAS, terutama pada apa yang dikenal sebagai aktivitas sistem hipotalamik-pituitari-interrenal.
Stres juga akan mempengaruhi faktor perlindungan alami ikan seperti mukus, sisik, kulit, lisozim, antibodi dan reaksi inflamasi. Pada dasarnya hewan mampu beradaptasi terhadap stres untuk jangka waktu yang terbatas. Selama masa tersebut hewan akan tampak normal, tetapi cadangan energinya terus menyusut karena digunakan untuk menjaga aktivitas normal (termasuk menjaga osmoregulasi).
Stres berpengaruh terhadap sistem perlindungan tubuh inang yaitu mukus. Segala bentuk stress akan menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dalam mucus yang akan menyebabkan penurunan efektivitasnya sebagai pelindung kimiawi inang terhadap patogen dan parasit. Stres akan mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh (Na, K dan Cl), sehingga menyebabkan penyerapan air yang berlebihan atau dapat pula berupa kehilangan air (dehidrasi). Kondisi stres menyebabkan tuntutan kerja mukus dalam mengatur osmoregulasi yang efektif menjadi sangat penting.
     4.3  Macam-macam Stres
Stres fisik yang disebabkan penanganan saat pemindahan ikan, perawatan atau pemanenan dapat menyebabkan hilangnya mukus. Sebagai akibatnya maka perlindungan kimiawi yang dilakukan mukus menjadi hilang atau berkurang, fungsi osmoregulasi menurun, serta menurunkan lubrikasi tubuh, sehingg menyebabkan energi yang diperlukan ikan untuk berenang menjadi lebih besar serta meningkatkan frekuensi infeksi oleh patogen atau infestasi oleh parasit akibat hilangnya sebagian dari pelindung tubuh.
Stres kimiawi, misalnya dari tindakan pengobatan atau pencegahan penyakit dapat menyebabkan kerusakan mukus, sehingga ikan kehilangan salah satu sistem perlindungan tubuh, kehilangan fungsi osmoregulasi, kehilangan pelican tubuh (lubrikan) yang sangat diperlukan untuk pergerakan di dalam air.
Sisik dan kulit merupakan bagian dari sistem perlindungan fisik tubuh ikan. Pada umumnya kerusakan sisik dan kulit dapat terjadi akibat penanganan (handling stress), kelebihan populasi, dan infestasi parasit. Kelebihan populasi (overcrowded) atau multi kultur dapat menyebabkan trauma akibat berkelahi disertai lepasnya sisik dan kerusakan kulit. Infestasi parasit dapat pula menyebabkan gangguan berupa kerusakan insang, kulit, sirip serta kehilangan sisik. Kerusakan pada kulit dan sisik akan mempermudah patogen menginvasi inang. Banyak kasus menunjukkan bahwa kematian ikan sebenarnya akibat dari infeksi sekunder oleh bakteri sebagai kelanjutan infestasi parasit yang berat dan berakibat pada kerusakan pelindung fisik tubuh seperti mukus, kulit dan sisik.
Stres juga menyebabkan iritasi atau peradangan (inflamasi). Karena stres akan menyebabkan perubahan hormonal dan berakibat terhadap efektivitas respon inflamasi. Stres akibat suhu (terutama suhu rendah) dapat secara total menghambat aktivitas “killer cells” sistem imun, sehingga mengeliminasi sistem pertahanan awal yang utama dalam menghambat patogen atau parasit. suhu tinggi yang berlebihan juga bersifat sangat merusak, meskipun dampak langsung peningkatan suhu terhadap sistem imun belum diketahui.
Stres suhu terutama akibat penurunan suhu yang tajam, sangat mengganggu kemampuan ikan dalam membebaskan antibody terhadap patogen secara cepat. Perlu waktu panjang untuk memproduksi antibody dalam merespon patogen yang menginvasi tubuh, sehingga memungkinkan patogen berkembangbiak dan dengan mudah menyebabkan ikan menjadi sakit. Stres yang berlangsung lama akan semakin menurunkan efektivitas sistem imun sehingga kemungkinan timbulnya penyakit menjadi tinggi.
Pencegahan terhadap stres dapat dilakukan melalui managemen yang baik, yaitu meliputi mejaga kualitas air yang baik, nutrien yang baik dan sanitasi. Kualitas air yang baik meliputi tindakan pencegahan akumulasi sisa-sisa bahan organic dan limbah yang mengandung nitrogen, menjaga pH dan suhu kisaran yang dibutuhkan oleh ikan, dan menjaga oksigen terlarut pada konsentrasi ekurangnya 5 mg/liter. Kualitas air yang buruk merupakan stressor utama bagi budidaya perikanan.
Pakan dengan kualitas yang baik yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrien bagi ikan. Masing-masing spesies ikan memiliki kebutuhan nutrien yang spesifik dan berbeda antara spesies satu dengan spesies lainnya. Pakan yang diberi tambahan diet berupa sayuran/hijauan dan pakan hidup merupakan salah satu usaha penyediaan pakan yang seimbang, terutama untuk jenis-jenis ikan yang kebutuhan nutriennya belum diketahui dengan baik.
Penerapan sanitasi yang baik melalui pembuangan sisa pakan pada tangki-tangki pemeliharaan, desinfeksi tangki serta peralatan sebelum dan sesudah digunakan, serta tidak mencampurkan alat atau peralatan antara spesies-spesies ikan yang berbeda atau antara kolam atau tangki pemeliharaan yang berbeda.
Sisa-sisa pakan pada dasar tngki atau kolam menjadi substrat yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri, fungi dan protozoa. Pemebrsihan kolam atau tangki dari sisa-sisa pakan dengan baik akan menjamin kesehatan ikan, karena tindakan tersebut akan meminimalkan jumlah agensia penyakit. Adapun disinfeksi peralatan akan meminimalkan kemungkinan terjadinya transmisi penyakit dari kelompok ikan yang satu ke kelompok lainnya, atau dari kolam yang satu ke kolam lainnya.
Managemen budidaya perikanan harus dirancang agar kemungkinan terjadinya stres seminimal mungkin sehingga kemungkinan timbulnya wabah penyakit minimal. Apabila terjadi wabah dan kematian ikan, maka harus diidentifikasi penyebabnya dan faktor yang mungkin berperan. Pengendalian stressor, misalnya perbaikan kualitas air dan pengurangan padat tebaran harus dilakukan bersama-sama dengan tindakan penanggulangan penyakit.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar